Jumat, 10 Desember 2010

7 LANGKAH VARNEY


HELEN VARNEY (1997)
                Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,penemuan-penemuan,keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.Menurut Hellen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data dasar sampai dengan evaluasi.(Langkah-langkah tersebut akan lebih lanjut dibahas pada bab ini).
            Melihat kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.
*      Langkah-langkah diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Langkah I : Tahap pengumpulan data
            Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,periksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,pemeriksaan khusus dan pemerisaan penunjang.
            Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interprestasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subyektif,obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasisen yang sebenarnya dan valid.
            Kajian ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,lengkap dan akurat.
Langkah II: Interpretasi data dasar
            Pada langkah ini dilakukan indektifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
            Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Maslah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang didentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
            Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
            Standar nomenklatur diagnosa kebidanan :
1)      Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
2)      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3)      Memiliki ciri khas kebidanan.
4)      Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5)      Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah lll : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
            Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial  antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
            Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atao diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar-benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional logis.
            Kaji ulang apakah diagnosa atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah  lV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segerah untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
            Mengidentifikasi perlunya tindakan segerah oleh bidan atau dokter dan atau  untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
            Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
            Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segerah untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak.
            Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan suatu situasi dapat menunjukan suatu situasi yang memerlukan tindakan segerah sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
            Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
            Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan kondisi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain sepertti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada setiap konsuktasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
            Pada penjelasan di atas menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapikliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segerah yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segerah yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan.
            Kaji ulang apakah tindakan segerah ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
            Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
            Rencana asuhan yang menyeluruh tindak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondiusi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyululuhan, konselin dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah pisikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencanaasuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesui dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudiaan membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
            Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuaan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
            Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhankesehatan terhadap wanita.
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
            Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya, misalnya memastikan langkah-langkah tesebut benar-benar terlaksana.
            Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
            Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
Langkah VII : Mengevaluasi
            Pada langkah ketuju ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah di berikan meliputi pemenuhan kebutuan efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
            Ada kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut efektif sedangkan sebagiaan belum efektif. Mengingat bahwa proses manajememen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaiaan terhadap rencana asuhan tersebut.
            Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung didalam situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar